2desember
2013 jam 20.00wib gedung teater arena ISI Padang Panjang di penuhi oleh warga
kampus tersebut. Karena ada sesosok tubuh yang menjadi sorot pandang penonton. Bukan
karena kecelakaan ataupun karena
perkelahian. Tetapi sesosok tubuh yang dihadirkan di pentas teater itu adalah
seorang aktor yang sedang beracting memerankan naskah lakon PEREMPUAN TITIK
NOL. Perempuan titik nol ini menceritakan fakta sosial yang terjadi di lebanon.
Perempuan itu adalah firdaus ia mengalami penderitaan yang bergilir seperti
halnnya pelari estafet. Penderitaan yang firdaus alami silih berganti, saat dia
dikerjai oleh pamannya sendiri lalu dinikahi dengan seorang lelaki tua yang
kaya raya. Tetapi kekayaannya tidaklah menjamin kebahagian seorang firdaus sebagai seorang istrinnya,yang ada firdaus dia sebagai bahan pelampiasan amarahnnya
karena ia hanya disiksa oleh suaminnya lalu ia melarikan diri.
Bertemu
dengan lelaki-lelaki yang bajingan mulai dari polisi yang seharusnnya
menegakkan keadilan tetapi malah ia merusak keadilan seorang wanita yang lemah
dan mengambil kesempatan dan harga diri wanita tersebut sampai orang yang
membuat firdaus jatuh hati kemudian dipermainkan hanya untuk mendapatkan birahi yang ia inginkan dari seorang firdaus wanita yang polos dan tidak berdosa wanita yang
berusaha melawan takdirnnya. Jadi piala bergilir untuk memuaskan nafsu birahi
laki-laki yang tiada habisnnya.
Begitulah
penulis menggambarkan bahwasannya fakta social yang terjadi saat ini memang
seperti itu, yang menang adalah orang yang terkuat. Kaum lelaki biasa menindas
kaum wanita yang lemah. Mereka mengambil
keuntungan dunia dengan cara berdiri di atas penderitaan orang lain. Begitulah nasif
seorang wanita Lebanon yang sebelumnnya anak yang polos dan tak berdosa menjadi
bulan-bulanan oleh para singa-singa berkepala manusia yang suatu saat akan
memakannya.sebelum akhirnnya ia menjadi seorang prostitusi yang sukses, dan bisa
menetukan apa yang ingin ia lakukan semua dengan uang.
Ketertarikan
naskah itulah yang membuat sutradara yaitu Edi suisno untuk mengangkat naskah
lakon itu kedalam sebuah pertunjukan monolog. Ia menggarap naskah lakon ini
dalam karyannya, karena ingin mengungkapkan bahwa orang yang sewenang-wenang kebenaran
itu sesungguhnnya sangatlah liar dan berbahaya terutama bagi mereka yang tak
putus mengambil keuntungan dunia dengan cara berdiri diatas penderitaan orang
lain. Pertunjukannya di mainkan oleh satu orang actor karena ia mengangkat
secara monolog kedalam karyannya. Dengan latar kejadian di dalam rumah sedang
ada seorang wanita yang menceritakan betapa kejamnnya kehidupan yang di
alaminnya. Mulai dari ia tak boleh melihat hal-hal yang dilarang sampai
akhirnnya itu menjadi pekerjaannya sampai ia sukses karena pengalamannya.
Perempuan
titik nol, sungguh sangat menggambarkan begitulah kehidupan seorang wanita
lemah jika tidak pandai menjaga diri akan bernasip seperti itu dipermainkan
oleh dunia yang kejam oleh lelaki-lelaki bejat hanya untuk melampiaskan nafsu
birahinnya kepada wanita yang lemah dan tak berdaya. Kehidupan yang kejam yang
mengajarkan firdaus menjadi sosok yang sukses dan memiliki apa yang ia mau. Sama
seperti para pelacur-pelacur saat ini, dipermainkan oleh budaya social yang
sebenarnnya tidak ingin ia jalankan tapi karena memenuhi kebutuhan ini dan itu dank
arena alas an apapun mereka menjadi seperti itu menjadi penonton setia yang
dimainkan oleh zaman.
Maka
dari itu edi suisno sebagai sutradara memilih naskah permpuan titik nol
tersebut sebagai karya yang ia hasilkan kedalam pertunjukan teater. Wal hasil
pertunjukannya memukau para penonton yang ada. Setidaknnya menyadarkan bahwa
permpuan saat ini memang harus sangat dijaga, dari kekerasaan seksual yang
selalu mengancam kehidupannya yang lemah. Pertunjukannya dipenuhi oleh
mahasiswa-mahasiswa isi padang panjang staf isi padang panjang hingga
dosen-dosen dari jurusan yang lainnya menonton pertunjukan ini memberikan A plus
untuk karyannya.
No comments:
Post a Comment