22/11/2015
Dear
curahan hatiku untuk jiwa yang sendu.
Hari
ini adalah hari pertamaku di Ibu kota, kota Jakarta yang kata orang kota
metropolitan. Banyak orang beranggapan bahwa kejamnya ibu tiri lebih kejam lagi
ibu kota. Jakarta, ya jakarta kota metropolitan tempat seorang anak perempuan menaruh
sejuta harpan. Awan yang berwarna biru masih sama seperti awan kemarin yang ku
lihat di Ranah Minangkabau. circauan burungpun masih sama terdengar seperti
yang ku dengar disaat kemarin.
Bersama
takbir azan subuh ku menaruhkan harapanku, dengan bersujud kepadamu yang halik.
Aku panjatkan segala doa ku, mungkin aku memang tak pantas untuk meiminta lebih
padamu. Aku hanya meminta padamu iklaskan diriku disini tenangkanlah fikiranku
dan tuntunlah langkah kakiku.
Hari
ini aku berharap memiliki sepercik kebahagian, setelah selesaiku bersujud lalu
aku turun kebawah. Perlahan menghitung anak tangga yang ku turuni, langkahku
masih terasa berat dan tersandat. Hingga hari ini aku masih belum tau kemana
dan bagaimana arah hidupku. Setelah selesai aku membereskan bongkahan piring
kotor yang ada dibawah dan membersihkan rumah. Aku melihat sesosok wajah, wajah
yang aku kenali. Ia aku memang mengenali wajah tersebut ia adalah wajah kakak
ku yang sedang terfokus melihat laptop.
Kakaku
terfokus pada laptop, ntah dia sedang memikirkan sesuatu atau sedang mencari
sesuatu di laptop tersebut. Sebenarnya aku masih merasa bersedih setelah
kepergianku meninggalkan Sumatra barat. Tetapi mau dikatakan apalagi semua
harus aku jalani dengan ikhlas dan
sabar. Mulai hari ini apa yang akan terjadi pada diriku akan ku rasakan sendiri
tanpa mereka harus tau.
Pagi
ini hanya pesan singkat dari sang kekasih membuat aku merasa setidaknya masih
ada diantara mereka yang mengerti akan rasa sendu ini. Ucapan “ selamat pagi
sayank” membuatku merasa dia akan tetap ada disisi walaupun jarak yang
memisahkan.
IYEE KE?
ReplyDelete