Summ
sum sum sum sumi sumi.. begitulah bunyi yang cukup keras terdengar, suara
tersebut terdengar seperti suara teriakan dari luar panggung dari bagian
penonton. Suara tersebut terdengar keras dari sebelah kanan penonton tepat disebelah
kanan bangku yang saya duduki saat saya menonton pertunjukan tersebut. Suara
tersebut menyebut-nyebut sebuah nama yaitu sumi. Sumi adalah nama yang
disebutkan saat seorang pemuda mencari-cari seseorang dari bagian penonton
kemudian masuk ke atas panggung. Saat sang aktor yang memainkan monolog
berjudul penisilin masuk sempat
penonton merasa terkagetkan oleh bentakan pemain yang berteriak-teriak
memanggil si sumi orang yang ia cari-cari tapi tak kunjung jua bertemu.
Penonton
sempat terdiam saat MC menyebutkan bahwa selanjutnya adalah monolog dari M
ilyas,tetapi pemainnya tak jua keluar dari persembunyiannya. Ternyata hannya
suara teriakan dari bagian kanan penonton.. Itu adalah salah satu hal yang
mengejutkan yah bisa disebutkan sebagai surprise untuk penonton tentu saja
penonton terkejut saat itu lighting pun mendukung, sampai mendukung lighting
tersebut tak ada satupun yang dihidupkan sampai pemain masuk kedalam panggung
baru lampu dihidupkan. Penonton tentunya mersa terkejut,mungkin pendapat
penonton orang yang teriak-teriak tersebut kerasukan atau apalah.Hingga
akhirnnya keadaan yang tadinya membuat penonton terkejut menjadi suasana komedi
dikarenakan pemain yaitu M ilyas memainkan monolog dengan menggunakan celana
bokser atau celana pendek dan memakai sebuah sarung yang menggelinding tidur
kedinginan.
Suasana
berubah menjadi komedi yang tadinnya diperkenalkan dengan suasana tegang oleh
teriakan yang muncul tiba-tiba tanpa ada batang hidung orang yang meneriakan tersebut. Acara
kembali normal penonton yang sempat terganggu oleh teriakan sepertinnya mulai
menikmati pertunjukan yang di adakan di gedung arena ISI Padang Panjang. Penampilan M ilyas di pentas arena ISI Padang
Panjang sebagai acara memperingati hari pelantikan HMJ Teater ISI Padang
Panjang. Pelantikan yang di adakan pada tanggal 19 mai 2014 ini adalah acara
sakral bagi mahasiswa teater itu sendiri.
Acara
teater tersebut menampilkan berbagai macam-macam pertunjukan salah satunnya
monolog yang dibawakan oleh mahasiswa teater sendiri. Monolog adalah salah satu
jenis teater yang dimainkan oleh satu aktor atau satu pemain dan pemain
tersebut memerankan berbagai macam karakter yng berbeda di dalam naskah
tersebut. Memainkan karakter yang berbeda-beda agar penonton yang melihatnya
merasa pergantian pemain tersebut. Pemain monolog harus pintar memerankan atau
harus pintar beracting dan pemain monolog harus tau dimana pergantian peran
karena monolog adalah salah satu karya teater yang memang jika pemain tidak
pintar memerankan keaktorannya maka monolog terasa mono. Penonton terasa bosan
untuk melihat sendiri pertunjukan tersebut dan meninggalkan kesan negative
kepada pertunjukan tersebut.
Monolog
terasa mulai membosankan saat sang aktor atau pemain tidak dapat melihat
keadaan yang ada dipenonton. Pemain tak dapat bergabung akrab dengan
penontonnya, terutama pemain hannya asik dengan dirinnya sendiri tanpa menghiraukan
pemain yang sudah mulai bosan mendengarkan pemain berkhutbah. Ibarat di sebuah
ceramah, monolog jika dimainkan oleh seorang actor yang pembawaannya dari awal
sampai akhir sama saja sama seperti para
santri sedang mendengarkan ceramah atau siraman rohani. Pemain harus jeli
melihat situasi seperti apa penontonnya jangan hanya asik dengan kegiatan
sendiri itu yang mengakibatkan penonton lari dari bangkunnya.
Menonton
monolog memang sangat membosankan itu sudah tertulis dari tulisannya mono yang
jika di artikan dalam bahasa anak sekarang adalah garing atau membosankan.
Berbeda dengan actor yang pandai melihat situasi,jika actor yang bisa melihat
keadaan seperti itu maka penonton tidaklah mono lagi. Kesalahan seperti itu
acap kali tidak diperhatikan oleh mata para sutradara yang menyutradarai
monolog atau bahkan naskah yang lainnya. Tugas sutradara mengarahkan tinggal
kerja kreatif yang diberikan oleh actor tersebut untuk memasuki idennya kedalam
garapan karya tersebut. Sebagai actor harus memberikan masukan terhadap
sutradarannya memberikan ide untuk apa yang ingin dikembangkan kedalam ciptaan
tersebut.
Sama
seperti yang dilakukan Ilyas sebut saja panggilanya, ide kreatif yang ia pakai
saat pertunjukan monolog , dapat dirasakan saat ia masuk dari bagian penonton
dan berteriak hingga menjadi surprise untuk penonton –penonton yang ada didalam
termasuk saya yang melihatnnya. Ide kreatif memang sangat diperlukan, baik
sutradara dramaturg dan pemerannnya sendiri. Apalagi ilyas memainkan monolog
yang berjudul penisilin yang memang menyinggung orang kalangan atas yang
bermain dengan wanita-wanita. Jika ilyas tidak dapat memberikan ide kreatifnnya
dan tidak mendengarkan apa yang di berikan sutradara maka pertunjukan tersebut
akan selesai hannya dalam hitungan menit satu persatu penonton mulai terasa
terbakar bokongnnya untuk duduk.
Penisilin
naskah lakon yang diperankan oleh ilyas saat acara tersebut, sempat membuat
orang tertawa sebentar karena perangai actor yang menirukan para pejabat,
menirukan suara wanita. Penampilan yang ditampilkan oleh ilyas memang terkesan
menghibur tapi vocal dan artikulasi yang di ucapkan kurangjelas yang pada saat
itu saya berada tepat di dua tingkat dari pemain. Memang ada artikulasi yang kurang
jelas yang di ucapkan oleh actor. Kata-kata yang terucapkan oleh actor hannya
kata-kata yang membuat lucu saja yang diperhatikan oleh penonton. Keseluruhan
Penonton memang menikmati pertunjukan tersebut,tetapi hannya sebagian penonton
yang mengetahui apa arti atau isian pesan yang disampaikan setidaknnya sebagai
instropeksi diri sendiri.
Tidak
semua penonton dapat mengambil isian di dalam sebuah pertunjukan apalagi
pertunjukan monolog yang memang pemainnya hannya seorang. Penonton monolog memang
harus pandai membedakan saat sang actor beralih peran dari yang satu kesatu
yang lain jika tidak mereka tidak dapat mengartikan pesan dan isian yang ingin
disampaikan oleh actor tersebut.
No comments:
Post a Comment