Monday, October 14, 2013

teater bukan hanya acting

TEATER BUKAN HANYA AKTING
Abstrak: Teater awalnya berasal dari teater premitif, Zaman di mana masih mempercayai roh-roh. Tapi menurut kamus Besar Bahasa Indonesia teater itu gedung pertunjukan ,panggung sandiwara. Jika kita menelusuri lebih dalam, teater itu adalah cerminan dari kehidupan. Karena teater kehidupan yang hidup bukan hanya berakting. Teater bercermin dari kehidupan ,naskah yang dimainkan diatas panggung realita dari kehidupan pada manusia. Teater adalah fenomena sosial, karena teater mempresentasikan suatu sosial yang melibatkan aktor didalamnya serta unsur-unsur teater lainnya.
Kata kunci: Teater;akting

  1. Latar belakang
Teater awal mulanya bersal dari kepercayaan nenek moyang zaman dahulu terhadap mitos roh-roh. Sehingga dahulu teater digunakan pada saat pemujaan, menirukan gerak-gerak binatang, suara binatang. Sebab itulah manusia dari zaman dahulu hingga kini, perkembangannya dengan cara meniru apa yang sudah mereka lihat. Melalui pengalaman hidup dan dikembangkan lewat ekspresi tubuh. Cerita yang dimainkan dalam teater dapat berupa cerita tragedi komedi, melodrama, romantik dan satire.
Seni teater merupakan bagian dari seni pertunjukan yang sangat lengkap semuanya terkumpul dalam nilai estetis. Teater dengan naskah lakon yang akan dipertunjukan mempunyai tujuan. Penonton di buat takjub melihat dan  mendengarkan. Pertunjukan yang dilaksanakan harus memiliki unsur-unsur teater seperti naskah, pentas, pemain, sutradara dan penonton. MenurutYoyo.C.Durachman, teater adalah ibarat sebuah gedung dimana tempat para aktor mementaskan sebuah drama dan ditonton oleh orang banyak.[1]
      Teater bukan hanya sebuah pertunjukan atau kesenian tapi teater cerminan dari kehidupan yang kita mainkan diatas panggung yang besar, kemudian kita pindahkan kesebuah panggung yang kecil dan ditonton oleh banyak penonton. Teater sebuah kehidupan yang langsung tidak ada rekaman, dalam artian habis pada saat itu saja. Teater pun tidak hanya menggunakan bahasa verbal yang disampaikan diatas pentas.
Tetapi teater juga menggunakan bahasa non verbal dalam setiap pertunjukan, bahasa non verbal itu bisa melalui symbol atau cahaya atau bahkan warna. Baik dari mimik wajah, maupun dari gesture seorang tokoh yang sedang bermain diatas panggung. Teater menceritakan kisah dari kehidupan yang ada bermain secara realita. Teater ibarat laboraturium kehidupan, Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujutkan dalam suatu karya seni suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan kehidupan manusia itu sendiri.







Pembahasan
TEATER BUKAN HANYA AKTING
            Selama ini banyak orang yang menilai dan berasumsi bahwa teater itu adalah kebohongan. Mereka mengira bahwa di dalam teater hanya ber acting. Padahal mereka sendiri tidak mengetahui tentang akting itu sendiri. Teater tidak dapat dipisahkan dari kehidupan nyata,jika memang teater hanya kebohongan yang dilakukan diatas panggung, bagaimana dengan kehidupan nyata yang sering kita lakukan.
Dalam kehidupan nyata teater terlihat saat melaksanakan upacara-upacara keagamaan, dalam upacara –upacara adat. Di dalam itu terdapat unsur-unsur teater yang terlihat. Teater itu berasal dari kepercayaan nenek moyang zaman dahulu terhadap roh-roh lalu mereka mengikuti gerak-gerak binatang dan menarikan serta memainkan tingkah laku objek yang mereka lihat itu.
Berasal dari nyanyian untuk menghormati seorang pahlawan dikuburannya. Dalam acara ini seseorang mengisahkan riwayat hidup sang pahlawan yang lama kelamaan diperagakan dalam bentuk teater. Berasal dari kegemaran manusia mendengarkan cerita. Cerita itu kemudian juga dibuat dalam bentuk teater kepahlawanan, perang, dan lain sebagainya. Berasal dari nyanyian untuk menghormati seorang pahlawan di kuburannya. Dalam acara ini seseorang mengisahkan riwayathidup sang pahlawan yang lama kelamaan diperagakan dalam
bentuk teater.Berasal dari kegemaran manusia mendengarkan cerita lalu
kemudian juga dibuat dalam bentuk teater.
            Pada zaman realisme yang lahir pada penghujung abad ke 19, dapat dijadikan landasan pacu lahirnya seni teater modern. Penanda yang paling kuat saat itu adalah ketika timbulnya gagasan untuk mementaskan lakon kehidupan di atas pentas dan disajikan seolah peristiwa itu terjadi secara nyata. Gagasan ini melahirkan konvensi baru dan mengubah konvensi lama yang lebih menampilkan seni teater sebagai sebuah pertunjukan yang memang dikhususkan untuk penonton. Tidak ada lagi
pamer keindahan bentuk akting dan puitika kata-kata dalam Realisme. Semua ditampilkan apa adanya seperti sebuah kenyataan kehidupan.

 Menurut Suyatna Anirun akting adalah kehidupan yang selalu mengaju pada tempat ia ditampilkan.[2] Bahkan didalam realita kehidupan kita bisa melakukan acting pada saat kapanpun tanpa kita sadari. Karena akting meliputi gerak,atau perbuatan yang dilakukan pelaku. Akting meliputi mimik,dan dialog.
Menurut Konstantin Sergeyevich Stanislavski di saat kita berakting kita menjadi grogi atau takut menghadapi kamera, penonton, dan scenario. Pada dasarnya manusia hanya takut di tonton oleh orang. Bagaimana menyiasati hal tersebut: Jangan berfikir negatif tapi berfikirlah positif. Perbanyaklah improvisasi karena dengan kita improvisasi mengurangi rasa takut kita. Jalankan sesuai dengan scenario. Metode acting presentasi yakni, acting yang berusaha menyajikan sikap dan tingkah laku manusia secara umum. Secara keseluruhan seni akting mempertunjukkan kehidupan sehari-hari sebagaimana adanya yang kita lihat.[3]
Kegiatan berakting dipanggung sama seperti kegiatan kita sehari-hari misalnya kita berbicara kepada orang tua, berbeda dengan kita berbicara terhadap kawan. sudah terlihat bahwa kita melakukan akting tanpa kita sadari. Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan teater sebagai tempat pertunjukan sandiwara ,pementasan drama. Tapi jika melihat yang sebenarnya teater itu tidak dapat dipisahkan dari realita kehidupan. Karena teater adalah cermin dari kehidupan.
Teater bukan hasil sebuah rekaman dan juga bisa ditayangkan kapan saja, karena teater itu hidup dia memiliki bentuk, aroma dan teater bisa disentuh, walaupun pementasan teater itu diulang dari hari kehari, tidak akan sama hasilnya daripada yang sudah diulang yang lalu. Walaupun diperankan oleh orang yang sama. Karena di dalam teater mengandung suatu konsep yaitu konsep demokrasi. Disajikan dalam sebuah bingkai yang terbuka, semua pencinta teater dapat memilih bebas teater seperti apa yang akan mereka tonton.
Karena teater tidak ada unsur keterpaksaan, mau melihat dari aktornya, dari setting panggung,kostum dan rias itu sesuai keinginan penonton. Karena teater tidak mengenal otoriter karena semua adegan dipanggung bebas dipilih oleh penonton sesuai selera masing-masing. Karena kehidupan yang ditampilkan teater kedalam panggung, tidak jauh berbeda dengan kehidupan sehari-hari yang dijalankan.
Menurut Nur sahid, telah diungkapkan bahwa teater adalah fenomena sosial, karena teater mempresentasikan suatu situasi sosial,sehingga dapat dikatakan bahwa ia merupakan kerangka sosial tertentu melibatkan para aktor sebagai integral.[4]
            Teater tempat mencurahkan keinginan orang-orang yang ada didalam lingkungannya. Tetaer menjunjung tinggi rasa kebebasan  terhadap pemilihnya. Karena teater yang bermutu dapa menciptakan kepuasan yang bisa dirasakan penonton, dan bisa mengajak penonton terlibat didalam masalah yang ada didalam cerita. Jika berhasil mengajak penonton ikut merasakan berarti teater yang dimainkan itu berhasil.
            Sebuah pertunjukan teater tidak akan dikatakan itu pertunjukan teater jika tidak memiliki unsur dari teater. Unsur teater adalah naskah, sutradara, pemain dan penonton. Naskah lakon sebagaimana karya sastra lain, pada dasarnya mempunyai struktur yang jelas, yaitu tema, plot, setting, dan tokoh. Sutradara Di Indonesia penanggung jawab proses transformasi naskah lakon ke bentuk pemanggungan adalah sutradara yang merupakan pimpinan utama kerja kolektif sebuah teater. Pemain adalah alat untuk memeragakan tokoh yang akan diperankan. Penonton Tujuan terakhir suatu pementasan lakon adalah penonton. Respon penonton atas lakon akan menjadi suatu respons melingkar,antara penonton dengan pementasan.
            Seorang aktor dpat dikatakan aktingnya bagus seandainya, dialog yang diucapkan terdengar, jelas artikulasi nya, dimengerti dan menghayati peran yang dimainkannya. Begitupun dengan gerakan yang aktor itu mainkan terlihat dalam artian blokingnya baik, jelas tidak ada keragu-raguan dan dapat dimengerti.


KESIMPULAN
Teater bukan hanya akting
             Pertunjukan teater memiliki unsur-unsur yang harus diperhatikan seperti, naskah, pemain, sutradara dan penonton. Naskah Lakon pada dasarnya adalah karya sastra dengan media bahasa kata. Mementaskan drama berdasarkan naskah drama berarti memindahkan karya seni dari media bahasa kata ke media bahasa pentas. Pemain adalah alat untuk memeragakan tokoh. Tetapi bukan sekedar alat yang harus tunduk kepada naskah. Sutradara yang merupakan pimpinan utama kerja kolektif sebuah teater. Pemain adalah alat untuk memeragakan tokoh, tetapi bukan sekedar alat yang harus tunduk kepada naskah.
Seorang aktor harus melatih tubuhnya untuk dapat menjadi instrument seni peran yang baik. Masa belajar seorang aktor adalah masa yang panjang, dasar yang dihadapi seorang aktor pertama apakah dia dapat menempatkan dirinya dalam tokoh yang hendak ia perankan, dan kedua dapatkah ia mengkomunikasikan penghayatannya ini pada penonton melalui tubuh dan suarannya. Menurut Torstov Seorang aktor wajib menghayati perannya secara batin, lalu kemudian memberikan suatu badan lahiriah pada pengalamnnya ini.[5]
            Telah kita ketahui bahwa awal mula teater berasal dari kepercayaan nenek moyang terhadap ritus dan magi atau yang dapat dipahami kepercayaan terhadap roh-roh dan benda sakral. Mereka percaya terhadap hal seperti itu kemudian melaksanakan upacara-upacara dengan menirukan gerak dan tingkah laku binatang. Unsur-unsur teater premitif didalamnya mulai dari peniruan, tari dan topeng. Peniruan dilakukan sejak manusia masih kanak-kanak, tari didalam teater memiliki unsur tari misalnya saat pemujaan mereka menari berbagai macam tarian seperti tari ular. Topeng dalam pertunjukan teater premitif menjadi bagian penting, digunakan untuk menyamar untuk melakukan magi simpatik.
            Ada satu zaman dimana Pada zaman realisme yang lahir pada penghujung abad ke 19, dapat dijadikan landasan pacu lahirnya seni teater modern. Dimana pada saat itu, Tidak ada lagi pamer keindahan bentuk akting dan puitika kata-kata dalam Realisme. Semua ditampilkan apa adanya seperti sebuah kenyataan kehidupan. Pementasan teater disajikan seolah peristiwa itu terjadi secara nyata.
Teater memiliki hubungan yang besar dengan masyarakat, karena teater adalah cerminan dari kehidupan. Karena di dalam teater mengandung suatu konsep yaitu konsep demokrasi. Menurut Nur sahid, telah diungkapkan bahwa teater adalah fenomena sosial, karena teater mempresentasikan suatu situasi sosial,sehingga dapat dikatakan bahwa ia merupakan kerangka sosial tertentu melibatkan para aktor sebagai integral.[6] Kita menyaksikan suatu pementasan teater dengan maksud untuk mengalami kembali situasi-situasi sosial tertentu, baik itu menekan maupun mendesak diharapkan kita bebas dari kondisi itu.
Teater disajikan dalam sebuah bingkai yang terbuka, semua pencinta teater dapat memilih bebas teater seperti apa yang akan mereka tonton. Karena teater tidak ada unsur keterpaksaan, mau melihat dari aktornya, dari setting panggung,kostum dan rias itu sesuai keinginan penonton. Teater bukan hasil sebuah rekaman dan juga bisa ditayangkan kapan saja, karena teater itu hidup dia memiliki bentuk, aroma dan teater bisa disentuh, walaupun pementasan teater itu diulang dari hari kehari, tidak akan sama hasilnya daripada yang sudah diulang yang lalu. Walaupun diperankan oleh orang yang sama.
Karena teater tidak mengenal otoriter semua adegan dipanggung bebas dipilih oleh penonton sesuai selera masing-masing. Karena kehidupan yang ditampilkan teater kedalam panggung, tidak jauh berbeda dengan kehidupan sehari-hari yang dijalankan. Teater menceritakan kisah dari kehidupan yang ada bermain secara realita. Teater pun tidak hanya menggunakan bahasa verbal yang disampaikan diatas pentas. Tetapi teater juga menggunakan bahasa non verbal dalam setiap pertunjukan, bahasa non verbal itu bisa melalui simbol atau cahaya atau bahkan warna. Baik dari mimik wajah, maupun dari gesture seorang tokoh yang sedang bermain diatas panggung.
Dasar dari teater adalah konflik, melibatkan karakter antar tokoh kisah cerita dan kesimpulan akhir peristiwa. Cerita harus menghidupkan tokoh manusia yang berlawanan yaitu tokoh protagonis dan antagonis. Ide prinsipil yang dimiliki protagonis dilawan dengan antagonis sehingga timbul dramatik akting.
Di dalam teater tokoh yang bermain memiliki peran, peran tokoh sebagai berikut:
1.      Protagonis   :   tokoh utama memiliki irama tragis & menggerakkan seluruh cerita
2.      Antagonis        :   tokoh yang menentang protagonist, Deultragonis    :   tokoh lain di pihak Protagonis
3.      Foil             :   tokoh lian di pihak Antagonis.
4.      Raisoneur    :   tokoh yang mewakili pikiran pengaran.
5.       Tritagonis   :   tokoh yang dipercaya protagonis & antagonis.
6.        Utility         :   tokoh pelengkap & rangkian cerita
Teater itupun memiliki macam-macam karakter,
  1. Flat             à   tokoh yang lebih bersifat hitam –putih
  2. Round          à   tokoh yang sempurna kaya dengan pesan-pesan dramatic
  3. Caricatural à   karakter tidak wajar, satiris & menyindiri


DAFTAR PUSTAKA
Yoyo,C.Durachman “pengetahuan teater”, Bandung :grasindo,1985/1986 ,p25
Suyatna anirun. Google http/ pengertian acting menurut para ahli.com
Nur ,sahid. “sosiologi teater” , Yogyakarta : ISBN,2008,p.120.
Nur ,sahid. “sosiologi teater” , Yogyakarta : ISBN,2008,p.120.
Torstov . “persiapan seorang aktor Konstantin stanislaski”,Jakarta: PT DUNIA PUSTAKA JAYA. 1980,p,26.
www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=pengertian acting&source=web&cd=4&cad=rja&sqi=2&ved=0CEwQFjAD&url=http%3A%2F%2Fsugank.com%2Fproduction%2Findex.php%2Fartikel%2F9-artikel-shoting%2F7-apa-itu-akting.html&ei=ftb0UKOyFYSmkwXvqYHYBg&usg=AFQjCNGvpiU3nosxXv-hvnfz9q8Qvj7OCQ&bvm=bv.41018144,d.dGI . dikutip hari selasa 15-01-2013.







 ditulis oleh: MELATI RAHMAN

































No comments:

Post a Comment